Situs
Pakauman adalah sebidang tanah tegalan dan sekaligus merupakan lahan pertanian.
Topografi daerah Pakauman termasuk datar sampai berumbak,dengan relief sekitar
satu meter. Kelerengannya sebesar 1-2 derajat dengan arah dominan ke timur.
Vegetasi di sekitar situs adalah pohon jati dan pohon sono (sebelah barat), dan
pohon pinus disebelah timur laut. Jenis tumbuhan lainnya adalah pohon
kelapa,pisang,bambu,dan tanaman budidaya lainnya.Sementara itu kondisi
lingkungan di Situs Pakauman Bondowoso terdapat kecenderungan bahwa pemukiman
di Pakauman (sebagai tempat beraktivitas) memilih tempat yang elevasinya
reletif rendah dengan jenis tanaman yang bervariasi. Dengan demikian sumbur
daya lingkungan yang dijadikan dasar penentuan lokasi pemukiman adalah :
tersedianya lahan pertanian,sumber daya alam (hutan jatri,sono dan pinus),dekat
sungai atau sumber air. Sungai Sampeyan disamping merupakan sumber air,terdapat
kandungan batu yang merupakan bahan baku pembuatan monomen megalitik. Desa atau
perkampungan di Pakauman terdiri dari 26 rumah yang terdiri diatas umpak batu.
Susunan umpak berbentuk persegi panjang,bujur sangkar dan bentuk
kebulat-bulatan. Konstruksi bangunan bagian atas dari bahan kayu atau bamboo
dan atapnya dari dau-daun.
Pada Masa
itu Di Kabupaten Bondowoso dan Indonesia Pada Umumnya Manusia purba masih
Percaya pohon itu ada mahluk halus yang menghuninya. Begitupun terhadap batu
besar serta binatang besar yang menakutkan. Kekuatan alam yang besar seperti
petir, topan, banjir dan gunung meletus dianggap menakutkan dan mengerikan
sehingga mereka memujannya.
Selain
memuja benda-benda dan binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia
purba juga menyembah arwah leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh para nenek
moyang mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di ketinggian misalnya di
atas puncak bukit atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh
nenek moyang inilah didirikan bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari
batu inti yang utuh, keudian diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan keinginan
atau inspirasi. Bangunan megalitik hampir semuanya berukuran besar. Jadi secara
ringkas kepercayaan manusia purba pada masa ini dapat dibedakan menjadi 2 macam
yakni:
2.1.1 Dinamisme
Kepercayaan
kepada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pada
pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap
keramat.
2.1.2
Animisme
Kepercayaan
kepada roh nenek moyang atau leluhur, mereka percaya, manusia setelah meninggal
rohnya tetap adadan tinggal ditempat-tempat tertentu dan harus diberi sesajen
pada waktu-waktu tertentu.
3.1 Benda
benda Peninggalan Megalitik Di situs Pakauman Bondowoso
Para peneliti sejarah sepakat bahwa Kabupaten Bondowoso
diperkirakan tergolong dalam era tradisi megalitik muda, yang berlangsung
sangat lama hingga sekitar abad XIV masehi. HR Van Hakeren, dalam bukunya The
Stone Age of Indonesia (1972), bahkan menentukan bahwa Dolmen Bondowoso
berlangsung antara awal tarikh masehi sekitar 2500-2000 Sebelum Masehi.
Gambaran tentang waktu ini terlihat dari Dolmen di Desa Pakauman, Kecamatan
Grujugan, yang berlokasi sekitar 5 km di sebelah selatan kota Bondowoso. Dari
asal katanya, Breton (di Inggris Utara), ''Dol'' berarti ''meja'' dan ''Men''
adalah ''batu''. Orang Bondowoso yang mayoritas berbahasa Madura menyebutnya
Betoh Meja (batu meja).
Berdasarkan
fungsinya tinggalan Megalitikum di Pakauman dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok. Pertama kelompok batu kenong merupakan sisa bangunan (umpak) dengan
fungsi sebagai penyangga banguna rumah. Kedua adalah kelompok Dolmen dan
Sarkofagus yang berfungsi sebagai wadah atau tempat kubur/mayat. Ketiga
kelompok Menhir, Arca menhir dan kursi batu yang berfungsi sebagai media
pemujaan arwah nenek moyang. Ketiga kelompok teusn tersebut mempunyai jenis,
distribusi serta fungsi yang berbeda, memeberi petunjuk jelas kepada kita
tentang adanya pola permukiman arkeologi prasejarah, khususnya pada masa
perundagian di jawa timur.
Bentuk
pemukiman da pakauman,dapat dikatakan berbentuk kecil (semacam pedukuhan).
Permukiman tersebut dibangun dekat sungai Sampeyan yang mengalir dilembah
antara pegunungan Hiyang disebelah barat,dan dataran tinggi Ijen disebelah
timur. Sungai Sampeyan bermuara di selat Madura. Survei permukaan tanah di
situs Pakauman,desa Grujugan,Kabupaten Bondowoso,Provinsi Jawa Timur,
menghasilkan peta sebaran megalitikum. Berdasarkan jenis dan fungsinya dapat di
kelompokkan menjadi :
- Arca
Batu Kenong
Batu kenong
merupakan istilah penduduk setempat,bentuknya silindrik dengan tonjolan di
puncaknya. Keberadaan batu kenong di Pakauman selalu berkelompok, kelompok yang
terkecil berjumlah 3 buah batu kenong,dan kelompok terbesar terdiri 20 buah
batu kenong. Dalam situs ditemukan 26 kelompok batu kenong. Salah satu kelompok
batu kenong di Pakauman telah digali oleh Willems pada tahun 1938 dan menemukan
: pecahan grabah,periuk,manik-manik kaca,sebuah gelang besi,dan lima buah
pemukul kulit kayu (Soejono 1984). Kelompok batu kenong di Pakauman sejak
penelitian tersebut sampai sekarang belum di ketahui fungsinya. Batu kenong
sebagai umpak,merupakan unsur bangunan bagian bawah atau pondasi. Bahan
bangunan lainnya (bagian atas) berupa kayu atau bambu dan atapnya dari
daun-daun atau jenis rumput-rumputan, yang tidak tahan lama sehingga tidak
ditemukan sisa-sisanya.
- Dolmen
dan Sarkofagus
Dolmen
merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian
untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar
mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya
diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Sarana penguburan dan sering
disebut sebagai dolmen semu (karena tidak berfungsi sebagai sarana pemujaan)
ditemukan secara terpisah atau berkonteks dengan benda megalitik
lainnya.didaerah Grujukan dolmen ditemukan di lingkungan sarkofagus. Sementara
dolmen di daerah Maesan berkonteks dengan sarkofagus maupun batu kenong, selain
kedua lokasi tersebut,dolmen juga ditemukan di Punjer,Tlogosari,dan kecamatan
Bondowoso (Sudarsono,1995) Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang
terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi
tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan
bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari
perunggu serta besi. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut
masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat
para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam
Tinggalan
megalitik jenis dolmen,oleh penduduk setempat disebut “pandhusa” atau “makam
cina”. Dolmen adalah jenis batu kubur yang biasanya mengarah timur-barat,
terdiri atas lantai dari papan batu, beberapa batu tegak sebagai dinding dan
ditutup oleh sebuah batu besar. Dibagian timur kadang-kadang juga dibagian
barat terdapat semacam pintu masuk. Penelitian terhadap dolmen telah banyak
dilakukan, antara lain oleh Steinmetz (1898),Hubenet (1903),B.de Haan
(1921),dan Willems (1940). Ekskavasi Willems tahun 1940 membuktikan bahwa
dolmen benar-benar berfungsi sebagai kuburan. Dalam kubur terdapat
tulang-tulang manusia, sisa bekal kubur seperti pecahan periuk, sebuah pecahan
keramik cina (dari abad 9) dan pahat besi. Dolmen lainnya yang pernah digali
oleh de Haan menghasilkan temuan gigi manusia, manik-manik sebanyak 79 buah
dalam berbagai ukuran dan terbuat dari batu, dan kaca.
Temuan
lainnya adalah satu buah cincin emas (Soejono 1984).Berbeda dengan dolmen atau
“pandhusa”,sarkofagus adalah tempat kubur, terdiri wadah dan tutup, bentuk dan
ukurannya sama (simetris). Dinding muka sarkofagus kadang-kadang dihias dengan
ukiran bermotif binatang berkaki empat, burung dan bentuk manusia. Balai
Arkeologi Yogyakarta dalam penelitiannya tahun 1985 menemukan 71 dolmen dan 21
buah sarkofagus. Kedua jenis bangunan megalitik ini ditemukan dalam satu situs
dan berfungsi sebagai wadah kubur.
- Arca
menhir, Menhir dan Kursi Batu
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang
didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir
ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat
bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Arca menhir
ditemukan satu buah tergeletek dibawah pematang di dekat lokasi penggalian
Willems dan dapat diduga erat hubungannya dengan pemujaan leluhur.arca ini
berukuran tinggi 160 cm.berbentuk kepala besar, massif, tanpa pahatan wajah.
Pahatan kaki tidak ada, bentuk bagian bawah meruncing untuk menancapkan ke dalam
tanah.
Menhir atau batu tegak,adalah sebuah batu panjang yang
didirikan tegak sebagai batu peringatan dalam hubungannya engan pemujaan arwah
leluhur. Selama penelitian di Pakauman menemukan buah menhir. Kursi batu yang
juga disebut Pelinggih adalah batu dengan permukaan datar,kadang-kadang di
belakangnya berdiri batu lain sehingga menyerupai bentuk kursi. Di duga
fungsinya sebagai tempak duduk para leluhur. Ketiga jenis tinggalan ini (arca
menhir,menhir,dan kursi batu) masuk dalam kelompok tinggalan yang berfungsu
sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur (Kempers, 1959:73). Sementara itu
fungsinya Menhir sebagaisarana pemujaan. Diketemukan di Grujukan dan Wringin.
Juga di daerah Tlogosari dan maesan (Sudarsono,1995) Di Grujukan di temukan
berkonteks dengan sarkofagus,sementara di Wringin di temukan menhir tanpa
berkonteks dengan bangunan megalitikum lainnya karena mempunyai ukuran yang
sangat besar di banding dengan menhir lain yang ditemukan di Bondowoso.
Sementara Itu Perlu dikemukakan bahwa di negari kita
sampai saat ini pun masih terdapat kebudayaan megalithikum yang masih hidup,
yang masih menjadi kebudayaan sekarang di kawasan Indonesia. Hal itu
dikarenakan adanya suatu pola kepercayaan yang sampai saat ini masih juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama oleh masyarakat pedalaman yang
ada di kepulauan Nias, Kalimantan, Papua, kebudayaan Bali dan daerah-daerah
yang jauh dari modernisasi di Indonesia ini dan Perlu diketahui 'Dari hasil
penelitian terakhir para ahli, tahun 1998, memang layak kiranya disimpulkan
bahwa tradisi megalitik Bondowoso adalah yang terkaya di Jawa Timur. Tapi saya
belum yakin bila diukur se-Indonesia,'' kata Kayan Swastika, seorang pakar
sejarah, kepada Republika belum lama ini.
Apa yang dikatakan Kayan memang tak mengada-ada.
Selaku sejarawan yang selama ini bekerja di IKIP PGRI dan Universitas Jember,
Kayan telah mengkaji ihwal tradisi ini selama bertahun-tahun. Dan hasil
kajiannya selalu terbukti melalui penelitian beberapa ahli sejarah lainnya.
Salah satu bukti bahwa Bondowoso menyimpan tradisi megalitik terlengkap di Jawa
Timur adalah fakta masih banyak ditemukannya batu-batu peninggalan zaman
prasejarah di dalam wilayah ini. Malah benda-benda bersejarah itu tersebar di
lima desa dan kecamatan, Termasuk di Desa Pakauman (Kecamatan Grujugan),